Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Halaman

Mocopat Gambuh

Sekar gambuh ping catur
Kang cinatur polah kang kalantur
Tanpa tutur katula-tula katali
Kadaluarsa katutuh
Kapatuh pandadi awon

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mocopat Dhandhanggula

Eling-eling pra kadang den eling
Uripa ing ndonya tan lama
Bebasan mung mampir ngombe
Cinecep nulya wangsul
Mring asale sangkane nguni
Begja kang wus panasangkan paranipun
Dedalankang den ambah
Mring rahayu lumampah

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Macapat Pocung

    Basa ngelmu, mupangate lan panemu
    Pasahe lan tapa
    Yen satria tanah jawi
    Kuna-kuna kang ginilut tri prakara
    Lila lamun, kelangan noragegetun
    Nrima yen kataman
    Sak serik sameng dumadi
    Tri legawa nalangsa srah ing bathara.
    Bathara gung ing nguger jroning jejantung
    Jenek hyang wisesa
    Sana pasenedan suci
    Nora kaya si mudha mudhar angkara.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SENJA DI PELABUHAN KECIL


SENJA DI PELABUHAN KECIL
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Hutan Setelah Hujan


Hutan Setelah Hujan
Karya : Cahya AW

Awan kelabu telah pergi
Suara guntur yang menggelegar telah berhenti
Rintik air dari langit tak lagi turun
Tanah yang kering telah menjadi becek
Tumbuhan yang layu telah subur kembali
Sungai yang kering terisi kembali
Binatang – binatang yang kebasahan mulai mengeringkan tubuhnya
Pohon – pohon mulai menyerap air yang jatuh dari langit dengan ujung akarnya
Itulah keadanmu setelah hujan
Semoga tetap begitu selamanya
Demi keselamatan umat manusia

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KEINDAHAN ALAM INDONESIA


KEINDAHAN ALAM INDONESIA

Karya : Cahya A.W

Saat aku membuka mataku,
ku tak percaya bahwa itu nyata
Aku masih berfikir, bahwa aku masih bermimpi
Tetapi aku sadar bahwa keindahan itu benar-benar ada di depanku
Sungguh indah kepulauan ini
Ribuan pulau-pulau berjajar membentuk gugusan pulau yang indah
Gunung-gunung berbaris dari ujung barat ke ujung timur
Samudra luas membentang dengan air yang biru
dan berisi keindahan di bawahnya
Aku bangga menjadi anak Indonesia
Aku berjanaji aku akan menjagamu

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SAJAK MATAHARI


SAJAK MATAHARI
Karya : W.S. Rendra

Matahari bangkit dari sanubariku.
Menyentuh permukaan samodra raya.
Matahari keluar dari mulutku,
menjadi pelangi di cakrawala.
Wajahmu keluar dari jidatku,
wahai kamu, wanita miskin !
kakimu terbenam di dalam lumpur.
Kamu harapkan beras seperempat gantang,
dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !
Satu juta lelaki gundul
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia.
Matahari adalah cakra jingga
yang dilepas tangan Sang Krishna.
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,
ya, umat manusia !

Yogya, 5 Maret 1976

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Gunung Semeru.


Sebuah gunung yang terletak di antara kabupaten malang dan lemajang memiliki sebuah nama yaitu gunung Semeru, atau yang lebih di kenal dengan puncak mahameru.  Gunung Semeru ini adalah gunung yang tertinggi di pulau jawa dengan ketinggian 3.676 meter oleh sebab itu, untuk menuju ke puncak gunung tersebut anda membutuhkan waktu kurang lebih 2 hari untuk berangkatnnya, dan 2 hari lagi untuk melakukan perjalan pulangnya. Objek wisata Lemajang ini sudah di kenal oleh banyak petualang karena mereka menyukai petualagan menuju ke puncak gunung tersebut.


Gunung Semeru ini sebenarnya merupakan salah satu gunung berapi yang letaknya di pulau Jawa, gunung ini merupakan gunung berapai yang memiliki ketinggian yang tidak tertandingi di pulau Jawa, kawah yang berada di gunung Semeru ini menjadi tontonan utama yang mengunjungi lokasi tersebut, sebuah kubah dan aliran lava menjadi obat penghapus lelah ketika anda telah sampai di puncak gunung Semeru ini. keindahan yang di sajikan di puncak gunung semeru ini dapat anda rasakan hanya dengan membayar biaya Rp. 20.000 rupiah per orang nya, namun untuk mengunjungi tempat ini anda tidak boleh membawa pasukan terlalu banyak, anda hany di perbolehkan berangkat menuju gunung tersebut bersama 9 orang teman anda. Dengan melalui beberapa pos pos yang terdapat dalam hutan  tersebut, anda akan di tuntun untuk menemukan puncak gunung Semeru.
Di salah satu objek wisata Lemajang ini anda dapat melihat keindahan alam yang akan memberikan anda sebuah pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan. Jika anda memiliki waktu dan anda menyukai tantangan, tempat inilah yang cocok untuk anda tempuh. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Gunung Kerinci


Gunung Kerinci merupakan gunung api tertinggi di Indonesia yang dikelilingi hutan Taman Nasional Kerinci Seblat dan juga merupakan bagian dari pegunungan Bukit Barisan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Keindahan dan kemegahan alamnya dijuluki sebagai "Sekepal Tanah Surga yang tercampakkan ke Bumi". Gunung setinggi 3.805 meter diatas pemukaan laut tersebut memanjang dari utara ke selatan.

Pendakian ke puncak Gunung Kerinci memerlukan waktu dua hari melalui medan cukup berat. Apabila Anda ingin mendaki ke Gunung Kerinci maka wajib melapor sebelumnya ke Taman Nasional Kerinci Seblat di Sungai Penuh. Tentunya Anda juga perlu dengan cermat membawa perlengkapan pendakian dan persiapan fisik yang prima. Pendakian umumnya terdiri atas beberapa orang dalam satu tim dengan dibantu pemandu.
Apabila Anda ingin mencari rute yang cepat maka disarankan berangkat dari Padang. Selain dari Kersik Tuo bisa juga dicapai dari Lubuk Gadang dan Kayu Aro. Akan tetapi, rute Kersik Tua lebih umum dipakai para pendaki.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Gunung Jayawijaya


Pegunungan Jayawijaya adalah nama untuk deretan pegunungan yang terbentang memanjang di tengah provinsi Papua Barat dan Papua (Indonesia) hingga Papua Newguinea di Pulau Irian. Sebelum penyatuan Papua Barat ke Indonesia, pegunungan ini dikenal dengan nama Pegunungan Orange. Deretan Pegunungan yang mempunyai beberapa puncak tertinggi di Indonesia ini terbentuk karena pengangkatan dasar laut ribuan tahun silam. Meski berada di ketinggian 4.800 mdpl, fosil kerang laut, misalnya, dapat dilihat pada batuan gamping dan klastik yang terdapat di Pegunungan Jayawijaya. Karena itu, selain menjadi surganya para pendaki, Pegunungan Jayawijaya juga menjadi surganya para penelitigeologi dunia. 

Pegunungan Jayawijaya juga merupakan satu-satunya pegunungan dan gunung di Indonesia yang memiliki puncak yang tertutup oleh salju abadi. Meskipun tidak seluruh puncak dari gugusan Pegunungan Jayawijaya yang memiliki salju. Salju yang dimiliki oleh beberapa puncak bahkan saat ini sudah hilang karena perubahan cuaca secara global.
 
Sejarah terbentuknya Pegunungan Jayawijaya
Menurut teori geologi, awalnya dunia hanya memiliki sebuah benua yang bernama Pangea pada 250 juta tahun lalu. Benua Pangea pecah menjadi dua dengan membentuk benuaLaurasia dan benua Eurasia. Benua Eurasia pecah kembali menjadi benua Gonwana yang di kemudian hari akan menjadi daratan Amerika Selatan, Afrika, India, dan Australia.
Pengendapan yang sangat intensif terjadi di benua Australia, ditambah terjadinya tumbukan lempeng antara lempeng Indo-Pasifik dengan Indo-Australia di dasar laut. Tumbukan lempeng ini menghasilkan busur pulau, yang juga menjadi cikal bakal dari pulau dan pegunungan di Papua.
Akibat proses pengangkatan yang terus-menerus, sedimentasi dan disertai kejadian tektonik bawah laut, dalam kurun waktu jutaan tahun menghasilkan pegunungan tinggi seperti yang bisa dilihat saat ini.
Bukti bahwa Pulau Papua beserta pegunungan tingginya pernah menjadi bagian dari dasar laut yang dalam dapat dilihat dari fosil yang tertinggal di bebatuan Jayawijaya.
 
Puncak-puncak Jayawijaya
Puncak Jaya 4.884 M.dpl
Puncak Mandala 4.760 M.dpl
Puncak Trikora 4.730 M.dpl
Puncak Idenberg 4.673 M.dpl
Puncak Yamin 4.535 M.dpl
puncak Carstenz Timur 4.400 M.dpl

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sumantri Ngenger


      Ing pertapan Jatisrana, ana pandhita aran Begawan Suwandhagni. Sang Begawan nduwe anak loro lanang kabeh aran Bambang Sumantri lan Raden Sukasrana. Bambang Sumantri wujude satriya bagus, dene Raden Sukasrana wujude buta bajang utawa buta cebol sing nggilani. Sanajan rupane nggilani nanging Bambang Sumantri tresna banget marang adhine. Samono uga Raden Sukasrana.
      Nalika Sumantri wis diwasa, Begawan Suwandhagni ngendika supaya Sumantri ngenger utawa suwita menyang Negara Maespati. Sumantri sendika dhawuh. Lakune didherekake punakawan papat Semar, Gareng, Petruk lan Bagong. Begawan Suwandhagni nitipake sanjata Cakra darbeke Prabu Harjuna Sasrabahu supaya dibalekake.
      Lakune Bambang Sumantri kandheg amarga Raden Sukasrana kepengin melu. Bambang Sumantri banjur ngarih-arih adhine nganti turu. Sawise adhine turu, Bambang Sumantri budhal nilapake adhine menyang Negara Maespati.
      Ing Negara Maespati Sang Prabu Harjuna Sasrabahu lagi ngrembug bab arepe mupu sayembarane Dewi Citrawati ing Negara Magada. Dewi Citrawati nganakake sayembara, sapa sing bisa menehi srah-srahan putri dhomas cacah wolungatus bakal dadi bojone. Nalika lagi padha rembugan katungka sowane Bambang Sumantri. Bambang Sumantri matur arep suwita marang Prabu Harjuna Sasrabahu. Prabu Harjuna Sasrabahu gelem nampa suwitane Sumantri lamun dheweke bisa mupu sayembarane Dewi Citrawati.. Sumantri nyaguhi banjur budhal menyang Negara Magada.
      Ing Negara Magada, wis akeh para raja lan satriya sing ngleboni sayembara. Padha-padha gedhe kekarepane, padha-padha ora gelem ngalahe wasana dadi perang rame. Pungkasane para raja lan satriya kalah kabeh karo Sumantri jalaran dheweke migunakake sanjata Cakra. Para raja telukan padha pasrah putri boyongan nganti cacah wolungatus. Sumantri klakon mboyong Dewi Citrawati kanthi srah-srahan putri dhomas cacah wolungatus.
      Rumangsa bisa ngalahake ratu sewu negara, Sumantri dadi gumedhe, umuk, kemaki. Ing batin dheweke rumangsa menangan mula banjur thukul niyate arep nelukake Prabu Harjuna Sasrabahu. “Ratu sewu negara bae padha keyok kabeh karo aku, genea aku ndadak suwita marang Prabu Harjuna Sasrabahu? Kena ngapa ora tak telukake pisan dadi andhahanku?” ngono batine Sumantri kandha. Sumantri banjur nulis surat panantang marang Prabu Harjuna Sasrabahu lan dipasrahake marang patihe Prabu Harjuna Sasrabahu sing ndherekake lakune saka praja Maespati.
      Prabu Harjuna Sasrabahu mung mesem nampa panantang saka Sumantri. Dheweke enggal methukake lakune Sumantri. Sumantri lan Prabu Harjuna Sasrabahu perang rame. Padha sektine, padha terngginase. Perange nganti pirang-pirang dina. Sumantri kekeselen banjur kepengin ngrampungi perange karo Prabu Harjuna Sasrabahu. Dheweke enggal ngetokake sanjata Cakra arep ditamakake marang Prabu Harjuna Sasrabahu. Sanjata Cakra kuwi sejatine duweke Prabu Harjuna Sasrabahu. Nalika lair Prabu Harjuna Sasrabahu wis nggawa sanjata Cakra, amarga dheweke sejatine titisane Bathara Wisnu. Nalika smana sanjata Cakra disilih pamane, Begawan Suwandhagni.
      Weruh sanjata Cakra ing tangane Sumantri, sakala Prabu Harjuna Sasrabahu nesu. Prabu Harjuna Sasrabahu triwikrama utawa malih dadi buta gedhene sagunung. Sanjata Cakra disaut banjur diuntal. Buta ngamuk gereng-gereng arep ngremuk Sumantri sing kemaki. “Sumantri, kowe satriya picek, watekmu ala, melik barange liyan. Satriya wingi sore kemaki wani nantang Ratu Gustine. Tak remet pisan remuk kowe Sumantri!” Weruh Bathara Wisnu nesu, Sumantri ndheprok, lemes ora duwe daya. Nalika Sumantri disaut Brahala, Bathara Narada tumurun ngarcapada nyapih satriya loro. Buta lilih badhar dadi Prabu Harjuna Sasrabahu.
      Sumantri banjur ditundhung lunga. Pasuwitane bisa ditampa maneh menawa dheweke bisa muter utawa mindhah Taman Siwedari menyang Negara Maespati. Taman Sriwedari kuwi taman ing kahyangan Nguntara Segara, kahyangane Bathara Wisnu. Sumantri sing wis ilang kasektene amarga koncatan sanjata Cakra banjur klunuh-klunuh lunga saparan-paran, karepe arep wadul bapake, Begawan Suwandhagni. Lakune Sumantri kepethuk Raden Sukasrana sing nyusul lungane. Sumantri nyritakake kabeh lelakone marang Sukasrana. Sukasrana mesem krungu critane Sumantri. “nek mung utel aman we, ampang akang,” kandhane Sukasrana karo ngguyu ngakak.“Tenan, Yayi? Kowe bisa muter Taman Sriwedari?” kandhane Sumantri.
“Isoh ae, Akang. Uwi ampang!”
“Adhiku, Dhi Sukasrana. Tulungana aku ya, Dhi!” kandhane Sumantri memelas.
“Aku isoh utel aman Iwedali ning ana alate, Akang.”
“Apa syarate, Dhi?”
“Aku engen elu owe, Akang. Aku elu uwita Abu Aluna Asa.”
“Kowe kepengin melu aku suwita Prabu Harjunasasra?”
“Iya, Akang.”
“Iya, Dhi. Angger si Adhi bisa muter Taman Sriwedari mesthi tak ajak suwita menyang Maespati.”
“Enan, Kang? Owe anji Kang? Owe ola apusi?”
“Iya Dhi, pun kakang janji ora bakal ngapusi!”
“Yoh, Akang. Entenana edhela ya?”
        Sukasrana banjur muja semedi. Sanajan rupane ala nanging gedhe prihatine. Sedhela wae taman Sriwedari wis pindhah menyang alun-alun keraton Maespati, gawe gegere wong sanagara. Sawise klakon muter Taman Sriwedari, Sumantri ditampa suwita ing Negara Maespati dadi patih, aran Patih Suwanda. Sukasrana diajak Sumantri menyang Negara Maespati nanging dipenging ngetok, amarga Sumantri isin duwe adhi wujud buta cebol sing rupane nggilani. Sukasrana dikongkon manggon lan ndhelik ing sajroning taman.
        Nalika Dewi Citrawati ninjo kahanane lan kaendahane Taman Sriwedari, dheweke njerit-jerit kamigilan weruh ana buta bajang ing jero taman. Dewi Citrawati banjur lapuran marang Prabu Harjuna Sasrabahu. Sang Prabu dhawuh marang Sumantri supaya nyingkirake buta bajang. Sumantri sing wis nggraita menawa buta sing dikarepake kuwi adhine, Sukasrana, banjur budhal mlebu taman.
        Tekan ing jero taman, Sumantri nesu-nesu ngunek-ngunekake adhine sing medeni Dewi Citrawati. Sukasrana dikongkon bali menyang pertapan. Sukasrana ora gelem amarga wis dijanjeni dening Sumantri arep diajak suwita ing Negara Maespati. Sumantri gregeten. Sukasrana diagar-agari panah dikongkon bali. Sukasrana tetep ora gelem bali malah nyedhak nagih janjine Sumantri. Nganti suwe anggone eyel-eyelan, pungkasane panah mrucut saka tangane Sumantri lan nancep ing dhadhane Sukasrana. Sukasrana mati. Kuwandane ilang musna, ninggal sepata.
        “Kakang Sumantri! Tega temen kowe karo aku, Kakang. Kowe mblenjani janji, Kakang. Aku ora trima. Utang pati nyaur pati. Eling-elingen mbusuk yen kowe perang tandhing karo ratu buta saka Ngalengka, ing kono tumekane piwalesku, Kakang. Wis kakang, tak enteni ing lawange surga.Sumantri gela, Sumantri sedhih. Nanging kabeh mau barang wis kebacut. Katresnane marang adhine ilang amarga saka drajat lan pangkat. Wateke ala seneng nyidrani janji. Janji bekti marang ratu gustine, diblenjani. Janji nresnani adhine, diblenjani. Janji ngajak adhine, diblenjani. Kabeh mau mung amarga melik drajat pangkat lan kamukten. Besuk patine sumantri dikemah-kemah Prabu Rahwana ratu buta saka Ngalengkadiraja.
 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pracona Sekti Mandraguna Gawe Wedine Para Dewa


Prabu Pracona iku raja ing nagara Tasikwaja. Wujude raseksa sing sekti mandraguna utawa widigjaya. Prabu Pracona pengin duwe prameswari sawijining widadari ing Suralaya. Prabu Pracona banjur pengin nglamar Dewi Gagarmayang. Dheweke ngutus ditya Kasipu kanggo mujudake gegayuhane. Nanging panglamare ditulak para dewa. Pracona banjur mrentah Kasipu supaya ngrabasa Suralaya. Wusana pecah paprangan antarane wadyabalane Pracona sing ditindhihi ditya Kasipu kalawan para dewa ing Suralaya.
Paprangan lumaku rame lan suwe. Wadyabala dewa krasa kasoran ngadhepi panempuhe wadyabalane Pracona lan pangamuke ditya Kasipu. Ditya Kasipu dhewe pancen sekti mandraguna, ora beda kalawan Prabu Pracona. Para dewa sing kasoran temen-temen banjur ngudi jago sing bisa ngimbangi pangamuke ditya Kasipu sakwadyabalane. Prabu Pracona ing jagad pedhalangan Jawa kondhang minangka raja krajan Gilingwesi. Dene ditya Kasipu ing jagad pedhalangan Jawa kondhang kanthi jeneng ditya Sekipu. Amarga kadhesek lan sansaya kasoran, para dewa banjur mundur saka pabaratan. Dewa banjur mintasraya Pandhawa kanggo ngadhepi panempuhe ditya Kasipu sakwadyabalane. Ananging amarga kuwat lan sektine ditya Kasipu sakwadyabalane, para Pandhawa uga kasoran lan ora kasil ngadhepi panempuhe wadyabalane Pracona ing Suralaya.


Daya lan kasektene Pandhawa imbang kalawan daya lan kasektene wadyabalane Pracona lan tetindhihe saka krajan Tasikwaja. Wusana, para dewa bisa nemokake jago kang bakal bisa nandhingi lan ngadhepi pangamuke ditya Kasipu. Jago kasebut ora liya Gathotkaca sing isih bayi, anake Arya Sena utawa Werkudara lan Dewi Arimbi saka Pringgadani. Gathotkaca banjur dijaluk dening para dewa lan bakal digegulang supaya menjila dadi sekti mandraguna minangka satriya ampuh pilih tandhing. Sawise digegulang ing kawah Candradimuka lan antuk kasekten saka para dewa arupa daya ora tedhas tapak paluning pandhe sisaning gurenda, Gathotkaca banjur antuk prentah kanggo ngadhepi pangamuke wadyabalane Pracona.
Nalika iku awake Gathotkaca dadi sansaya gedhe lan uga nuduhake kasekten sing ngedab-edabi. Lan wusana Gathotkaca kasil ngasorake lan mateni ditya Kasipu. Krungu patine ditya Kasipu, Prabu Pracona dadi nesu lan banjur metu ing pabaratan, mimpin dhewe wadyabalane lan bali ngrabasa Suralaya. Kridhane Prabu Pracona nggegirisi temen-temen, kabeh dewa sing ngadhepi padha kaweden lan kasoran. Gathotkaca banjur ngadhepi kridhane Prabu Pracona. Kekarone andon yuda rame banget. Nanging amarga saka daya kasektene sing pancen kaluwih-luwih awit digegulang para dewa ing kawah Candradimuka, Gathotkaca bisa ngatasi kridhane Prabu Pracona. Lan nalika Pracona lena, Gathotkaca kasil ngrangket awake Pracona lan banjur dipateni pisan.
Sabanjure Gathotkaca dibiyantu para Pandhawa banjur ngadhepi prajurit-prajurit saka Tasikwaja. Para prajurit iku sawise weruh yen rajane wus mati banjur padha mlayu salang tunjang, golek slamet dhewe-dhewe. Gathotkaca lan para Pandhawa kasil nylametake Suralaya saka pangamuke para prajurit krajan Tasikwaja.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Lokapala


Bareng lakune tekan ing tepis-wiringing piaja Ngalengka, barisan wadyabala Lokapala dialang-alangi dening wadya raseksa kang njaga tapel-watesing nagara, tinindhihan dening Marica, satemah dadi pancakara. Amarga karoban lawan, wadyabala Ngalengka kasoran. Marica mlayu menyang kadhaton Ngalengka, ngaturi priksa marang Prabu Sumali yen ana mungsuh teka saka nagara Lokapala, lakuning barisane rnungsuh wis ngliwati tapel-watesing praja.
Midhanget ature Mirica, Prabu Sumali gugup panggalihe, enggal-enggal nimbali Mintragna lan liya-liyane para gegedhunging wadyabala, didhawuhi mepak wadyabala, pinerang dadi rong bregada. Kang sabregada kadhawuhan nempuh mungsuh ana ing sajaban kutha, kang sabregada pacak-baris ana ing sakubenge dhatulaya.
Ora kacarita ramening campuhe wadyabala Ngalengka lumawan wadyabala Lokapala. lng sakawit perange wadyabala Ngalengka tansah unggul; akeh wadyabala Lokapala kang palastra. Nanging bareng Prabu Wiisrawana nyalirani perang, wadyabala Ngalengka keseser, kepeksa ngunduri pangangsege wadyabala Lokapala.
Undure wadyabala Ngalengka nenangi adrenging panggalihe Resi Wisrawa nedya nyalirani perang. Sawise cancut taliwanda, Sang Resi tumuli mangsah yuda.
Bareng priksa ingkang rama nyalirani perang, dukane Prabu Wisrawana kaya diububi. Sang Prabu banget ora sranta panggalihe, kumudu-kudu enggai bisa midana marang ingkang rama. Awit saka iku, wadyabalane tumuli diabani sumisih. Wadyabala Lokapala piyak ngiwa-nengen, satemah Prabu Wisrawana banjur ayun-ayunan karo ingkang rama.
“Bapa awatak slingkuh, kepatuh nletuh atindak rusuh !” Mangkono panguman-umane Prabu Wisrawana marang ingkang rama, banjur nglepasake jemparing dahana. Sang Resi prayitna, enggal-enggal nglepasake Barunastrso rninangka panulaking jemparing dahana.
Nganti suwe perange Resi Wisrawa lumawan ingkang putra Prabu Danaraja, padha ngadu tyasa arebut prabarwa, padhadene ngetokake aji kamayan lan pangabaran. Suwe-suwe Prabu Danaraja entek sabare, kapengin tumuli mungkasi yuda. Awit saka iku, Sang Prabu banjur ngetokake sanjata pamungkas, yaiku Kunta Baswara. Bareng priksa ingkang putra ngasta sanjata Kunta Baswara, Resi Wisrawa enggal-enggal ngeremake netra, panggalihe pasrah-sumarah marang kang murbeng bawana, wis nyipta manawa bakal tumuli palastra ketaman Kunta Baswara. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Arya Damar


Nalika semana sang Prabu Brawijaya lagi mbebedhag ing satengahing alas. Ora ngira yen ing alas kuwi ana gandarwa wadon sing lagi nggatekake. Meruhi bagus bregase Sang Prabu, gandarwa mau banjur kasmaran. Gandarwa mau jenenge Sasmitapura. Rina lan wengi wewayangane Sang Prabu ora bisa dilalekake. Rumangsa ora kuwat nyangga urubing asmara, Sasmitapura banjur nangisi lan njaluk tulung marang kakange. Welas meruhi panandhange adhine, kakange Sasmitapura banjur ndandani Sasmitapura saengga wujude malih dadi wanita ayu sing prasasat ora ana tandhinge.
“Wis, Ndhuk, saiki rupamu wis ora wujud gandarwa. Rupamu ayu, kinyis-kinyis, ngalahake sakehing wanita ing saklumahing bumi iki.” “Iya, Kakang, aku seneng banget. Nanging apa bener Sang Prabu bakal kayungyun yen weruh wujudku saiki?” “Mesthi wae, Ndhuk. Sang Prabu mesthi kayungyun. Saiki budhala tumuju Majapahit, suwitaa ana kana. Jenengmu salinen dadi Dewi Sasmita,” welinge kakange.
Dewi Sasmita seneng banget atine. Dina kuwi uga dheweke budhal tumuju Majapahit. Sawijining punggawa karaton Majapahit sing rumangsa ngungun weruh kasulistyane Dewi Sasmita banjur monjuk ana ngarsane Sang Prabu. Dening Sang Prabu, Dewi Sasmita ditimbali marak. Lan tenan, Sang Prabu banget kayungyun marang dheweke. Panyuwune Dewi Sasmita supaya bisa suwita ing Karaton Majapahit enggal-enggal dikeparengake. Suwening suwe Sang Prabu pancen ora bisa ngendhaleni kobaring asmara. Mula saka kuwi Dewi Sasmita banjur dipundhut minangka garwa ampil.
Ora suwe saka kedadeyan kuwi, Dewi Sasmita ngandheg. Mesthi wae gawe remening penggalihe Sang Prabu. Sawijining dina Dewi Sasmita matur Sang Prabu yen dheweke nyidham. Kanthi kebak tresna lan sih Sang Prabu ndangu,”Sejatine kowe kepingin apa Nini, aja wedi matur, amarga apa sing dadi pepenginanmu kuwi ora liya ya panyuwune jabang bayi, ya putraku dhewe, mula enggal matura.” “Nun inggih, Gusti Prabu, sejatosipun kula kepingin sanget nedha gecok mentah,” ature Dewi Sasmita.
Sanadyan ngungun penggalihe dene garwa ampile nyidham gecok mentah, Sang Prabu ugi minangkani. Para abdi didhawuhi nyawisake panjaluke Dewi Sasmita. Gecok mentah mono wujude daging mentah dibumboni kaya jangan, nanging mentahan kabeh. Bareng sing dipengini wis dicawisake, Dewi Sasmita banjur mangan sakwareke, ditunggoni Sang Prabu. Ora kanyana, wujud putri ayu sing maune ana ngarsane Sang Prabu dumadakan ilang musna, salin wujud dadi gandarwa kaya maune. Sang Prabu kaget banget lan uga duka yayah sinipi. Dewi Sasmita ditundhung saka kedhaton. Tangise kelara-lara. Nanging piye maneh, pancen kabeh kuwi minangka wohing tumindake dhewe dene wis cidra ana ngarsane Sang Nata. Suwening suwe Dewi Sasmita bisa nampa kaanan. Nangisa ora ana gunane wong pancen lupute dhewe.
Nanging dheweke seneng amarga bisa ngandhut tetesing getihe ratu sing digandrungi. Bareng wis wancine lair, Sasmitapura banjur nglairake bayi. Wujud bayi lanang sing bagus rupane. Ora ana sathithika tandha yen lair saka ibu wujud gandarwa. Bayi mau diwenehi tenger Jaka Dilah.
Kanthi kebak tresna lan sih, bayi mau diopeni nganthi dewasa. Bareng nakokake sapa bapake, ibune blaka yen saktemene dheweke kuwi putrane ratu Majapahit. Jaka Dilah banjur pamitan marang ibune, arep nggoleki lan nemoni bapake.“Aja, Thole. Kowe ora bakal diakoni, luwih becik tetepa melu biyung ana kene.”
Nanging Joko Dilah nekat budhal, niyate sanadyan ora diaku anak, bisa suwita ing Karaton Majapahit wae wis rinasa cukup. “Ya wis, Le, yen ngono budhala. Muga-muga bisa kelakon apa sing dadi idham-idhamanmu. Dene yen ana apa-apa matura biyung, sapa ngerti biyungmu iki bisa mbiyantu.”  Saktekane ing Karaton Majapahit, Jaka Dilah banjur nelakake pepenginane suwita. Pirsa jaka bagus sing ngadhep ana ngarsane, Sang Prabu kepranan penggalihe. Mbokmenawa ing telenging penggalihe, Sang Prabu krasa yen nom-noman kuwi kaya dudu wong liya. Pasuwitane banjur ditampa.
Sawijining dina Sang Prabu ngersakake mbebedhag ana alas. Joko Dilah matur yen ngersakake mbebedhag ora prelu tindak menyang alas.“Piye ta karepmu, mbebedhag kok ora entuk menyang alas,” gumun Sang Prabu mireng ature Joko Dilah. “Mangke kula badhe nggiring kewan saking wana dhateng alun-alun, Gusti. Dados paduka mboten sisah tindak dateng wana.” Sanadyan mangu-mangu, Sang Prabu marengake. Joko Dilah banjur bali menyang alas, matur marang biyunge supaya mbiyantu kekarepane. Biyunge banjur nyaguhi. Sakehing kewan alas digiring menyang alun-alun Majapahit, njalari cingaking para kawula, klebu Sang Prabu dhewe. Dina kuwi Sang Prabu mbebedhag ing alun-alun. Sakwise marem, kewan-kewan sisane banjur diulihake maneh menyang alas. Sang Prabu banjur nggelar andrawina, dhahar asiling mbebedhag karo para kawulane.
Ya amarga saka kuwi Jaka Dilah banjur dadi abdi kinasih. Sawijining dina Sang Prabu kepingin banget pirsa, sapa sejatine Jaka Dilah sing solah bawane banget mranani, lan kekuwatane ngedab-edabi. “Ora ngono Dilah, sejatine kowe kuwi anake sapa. Kowe kok pengpengan temen,” pandangune Sang Nata.
Sanadyan mangu-mangu, wusanane Joko Dilah matur sapa dheweke kuwi sejatine. Sang Prabu trenyuh penggalihe amarga jebule Jaka Dilah kuwi tetesing winihe dhewe. Kajurung rasa tresnane ananging ora kepingin mbukak wadine, Jaka Dilah banjur diparingi jeneng Arya Damar, lan banjur didadekake adipati ana Palembang. Ing tembe mburine, Arya Damar dadi bapak angkate Raden Patah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Dewi Srenggana-Srenggini


Dewi Srenggana dan Dewi Srenggini iku anake kembar Resi Badawanganala ing pertapan Sumur Upas lan sisihane sing jenenge Dewi Srunggagini. Ing jagad pedhalangan putri loro kembar iki sinebut Dewi Srengganawati lan Dewi Srengginiwati. Dewi Srengganawati dhaup lan Naluka, nurunake Dewi Sritanjung. Dewi Srengginiwati dhaup lan Sahadewa, nurunake Bambang Widapaksa utawa Sidapaksa. Ing lakon Dhaupe Nakula Sahadewa dicritakake saka kawitan malih rumape Bathari Durga dadi Dewi Kunti. 
Bathari Durga sing njilma wujud Dewi Kunti iku banjur andon wasis lan andon ilmu bab sejatining lanang, sejatining wadon kalawan Sahadewa. Sawise dibabar kabeh, Dewi Kunti daden-daden iku banjur njaluk saresmi kalawan Sahadewa. Ananging Sahadewa nampik pepenginane Dewi Kunti daden-daden iku amarga kelingan yen Dewi Kunti iku ibune. Dewi Kunti daden-daden tetep meksa pengin saresmi kalawan Sahadewa, ananging Sahadewa milih mlayu ninggalake. Dewi Kunti daden-daden banjur nyuwek sandhangane lan wadul marang Werkudara. 
Bima dadi lan nesune nalika weruh kaanane Dewi Kunti (daden-daden iku). Luwih-luwih sawise ngerti yen suweke sandhangane iku amarga pokale Sahadewa. Tanpa suka kalodhangan tumrap Sahadewa kanggo njlentrehake apa sing kedaden satemene, Bima banjur ngajar Sahadewa sakkatoge. Sahadewa uga banjur diguwang ing Sumur Upas engga nemahi pati. Sawijining dina, Dewi Srenggana dan Dewi Srenggini ngimpi dadi sisihane ragile Pandhawa, yaiku si kembar Nakula dan Sahadewa. Sahadewa sing ditemokake mati banjur diuripake maneh dening Resi Badawanganala.
 
Sawise takon tinakokan kalawan Sahadewa, Resi Badawanganala banjur nemokake Sahadewa kalawan anake wadon. Sahadewa arep dijodhokake kalawan salah sijine anake kembar iku. Putri kembar anake Badawanganala ora kabotan waton Sahadewa bisa napsirake ilmu sejatining lanang, sejatining wadon. Wusana Sahadewa kasil ndhudhah lan napsirake ilmu kasebut. Putri loro kembar iku dening Resi Badawanganala banjur dipasrahake marang Sahadewa, sabanjure diboyong tumuju Amarta utawa Amerta. 
Satekane ing Endraprasta, Sahadewa lan Nakula bisa males tumindake Dewi Kunti daden-daden lumantar pitulungane Semar. Dewi Kunti banjur badar maneh ing wujud sakawit, yaiku Bathari Durga. Bathari Durga banjur sumingkir tumuju Krendayana ing pasetran Ganda Umayi utawa Gandamayit. Wusana, Dewi Srenggana utawa Srengganawati dhaup lan Nakula, dene Dewi Srenggini utawa Srengginiwati tetep dadi sisihane Sahadewa.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Karno Tanding

Dicritakake ndisik ana putri kang ayu , sing jenenge Dewi Kunthi. Dewi Kunthi nikah karo Prabu Kumojoyo lan urip ing desa kerajaan sing jenenge  “Pandhawa”. Dheweke dikaruniai anak sing jenenge, KARNA . Sakwise Pirang tahun Dewi Kunthi nduwe anak meneh sing dijenengake ARJUNA. Dewi Kunthi  sayang banget marang Arjuna ,  ndelok kabeh iku Karna ngarasa awake gak diperhatekne marang ibune, Karna sampek nguncali watu marang ibune, Dewi Kunthi utawa ibune iku langsung nesu marang Karna, tanpa gak sadar Dewi Kunthi ngomong kang sing gak apik marang Karna sing nyebabake Karna lara ati. Akhire Karna milih ngaleh saka Kerajaan Pandhawa.
       Sak wise pirang-pirang tahun Karna kalungonan Karna saka kerajaan, ibune mesti nggoleki lan nangisi karna. Ing sawiding dina , pasa ibune mikirne Karna lan njaluk marang para dewa ngge nemokake dheweke karo Karna. Ora suwene wektu , kakrungu swara bocah enom suarane kaya Karna.
                Ing istana Karna ketemu ibune, nanging maksud mbalike Karna ing kerajaan uduk kangge ketemu kaluarga lan dulure. Nanging maksude Karna yaiku kangge ngerti keadaan ibune lan karna njaluk restu kangge dadi Ksatria perang. Ibune ora ngrestuake amergo yen dadi Ksatria perang podo karo Karna nglawan adi adine dhewe. Karna ora nggagas , lan dheweke langsung lunga ninggalake ibune kang nangis amerga kaputusan Karna.

Akhire , peperangan antara  Arjuna  saka kesatrian Madukoro dadi  Ksatria perang Negara Amarta melawan Adipati Basukarno utawa Karna saka Awonggo dadi Ksatria perang Negara Astina.
                Prabu Salyo lan Sengkuri nduwe rencana arep mateni Abimanyu, salah siji anak saka  Arjuna, Amergo  pihak Astina kaweruh Kerajaan Amarta arep diturunake marang Abimanyu, amerga kuwi sasaran utamane yaiku mateni Abimanyu.
Pas wektune perang, Abimanyu wis okeh katusuk anak panah, nanging Abimanyu tetep nahan sampek mati . Sak wise, Mase Semar nemokake mayit Abimanyu sing kagletak kaku. Mase Semar karo Kresna yaiku kakak Arjuna bingung mikirake Kerajaan Amarta. Arjuna sing durung ngerti katiwasan putrane terus nyusun rencana kangge mbinasakake Ngastina.  Sak wise ngerti  katiwasan putrane, Arjuna langsung maju kadewean kanggo nglawan Prajurit Ngastina. Kurawa ngrasa senang, amergo biso mateni Abimanyu. Nanging tanpa diweruhi, Abimanyu ndue garwa sing lagi mbobot, lan mengkone anak iku sing ngantikake Abimanyu.
Karna nantang Arjuna kangge  ndang perang. Nanging Arjuna menolak, amergo dheweke ngerti Karna iku sadulur kandunge dhewe. Karna ngongkon Arjuna njupuk senjatane. Nanging  Arjuna nolak ngge perang. Akhire atine Karna luluh, terus Karna lan Arjuna  saling kapelukan. Karna sadar Arjuna iku adik siji-sijine sing didhuweni. Ibune weruh lan ngrasa seneng.
Nanging Karna nguculake pelukanne, lan nuduh Arjuna sekongkol arep menusuk dheweke saka mburi. Akhire Karno lan Arjuna berkelahi hebat , ibune menangis ngaharep kaloro putrane iku mandekake kagelutan iku. Akhire Arjuna terjatuh. Arjuna sengaja ngalah demi Ibune, lan ngaharep atine Karna bisa luluh. Kaweruhan kuwi Kurowo ngguyu cekakakan  amergo Arjuno kalah.
Nanging kagelutan iku tetep sido, Sampek - sampek saya memanas. Wektu peperangan kalakon hebate ana keanehan loro ksatria sing pinter manah iku pada-pada ngetokake akeh anak panah nanging ora enek siji wae sing ngenei kaloro-lorone. Kadang mandek terus pada pepandang, pada netesake banyu mata. Prabu Salyo(Kusir Karna) lan Prabu Kresno (Kusir Arjuna)kalorone ngerti, kaloro-lorone putra Dewi Kunthi iku ora saling tega mateni sampek ngloroni sitik wae dadi ora enek  sitokae panah pas sasaran.
Wektu sesino pada saling tempur, saling ngetokake senjata saktine, saling ngudanke panah nanging ora enek sitokwae sing ngeneki awak. Prabu Kresno dadi kusir Arjuno lan botohe Amarta (Pandawa) ngerti persis senjata Pasopati sing dipasang ing gandewa Arjuno. Dadi Tali kusir jaran disentak dadi jaran gerak mangarep pas wektu Pasopati wucul saka gandewa sing awale diarahke mung ning ngarep Karno nanging amergo kereta gerak mangarep dadi Senjata Sakti Pasopati pas ngeneki gulu Adipati Basukarno utawa Karna. Anak Dewa Surya iku mencelat kenek kereta sampek kereta ajur.  Kaweruhan kabehiku Dewi Kunthi utawa ibune Karno lan Arjuna, ngerti yen anake kang pertama iku kabener lunga kanggo salawase.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS